Minggu, 31 Januari 2010

Pengaruh Sikap Kikir bagi Pelaku dan Kehidupannya

Orang yang punya karakter bakhil alias kikir memang sangat egois dengan kehidupan sekelilingnya. Sehingga manusia yang memiliki tabiat ini cenderung dan sering diisolasikan oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan Allah sendiri melalui Rasul-Nya telah mengancam mereka yang kikir akan selalu dijauhkan dari sisi-Nya, dari manusia dan surganya Allah. Dan sifat inilah yang pernah menjadi momok menakutkan yang menjadikan mereka orang-orang tempo dulu dimusnahkan dari muka bumi ini. Karena pada masa lalu sifat ini telah jadi biang keladi mereka untuk saling bunuh, menghalalkan segala yang diharamkan oleh Allah. Kalaupun untuk mempertahankan apa yang mereka punya itu harus ditempuh dengan berdusta, menganiaya orang lain atau bahkan memutuskan hubungan sanak saudara semua itu pasti akan mereka lakukan.

Pengorbanan diri adalah kebiasaan orang-orang yang memahami keindahan keadilan dan kebenaran iman kepada Allah. Orang-orang yang mengorbankan jiwa mereka untuk melaksanakan keadilan, cinta dan keharmonisan telah mampu mengawinkan antara akal, cinta, serta kasih sayang. Pada keadaan inilah manusia akan mencapai puncak mega keindahan, cahaya kebenaran, dan keadilan."Islam menekankan dan menganjurkan pengorbanan dan kemurahhatian, dengan demikian akan menumbuhkan ikatan cinta dan kasih sayang antara kaya dan miskin bahkan dengan semua lapisan. Disamping membenci kekikiran, Islam menanamkan akar cinta sebagai simpul dari masyarakat yang berkeadilan. Karenanya Islam melarang dan mengecam mereka yang kaya bersikap acuh tak acuh terhadap orang miskin dan tertindas. Imam Musa al-Kazim salah seorang cucu Rasulullah saww berkata,"Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu berada di bawah lindungan Allah. Allah selalu dekat dengan mereka dan akan membimbing mereka menuju kebahagiaan. Tidak ada seorang yang adil yang tidak memiliki sifat pemurah dan rasa kasih sayang."Kekikiran Menghancurkan Kasih Sayang.
Sifat yang paling potensial menghancurkan tumbuhnya benih-benih kasih sayang di antara sesama manusia adalah sifat kikir. Sifat ini bersembunyi di bawah kesadaran manusia. Kikir meratakan jalan bagi fitrah manusia untuk menyingkirkan moral-moral baiknya. Rasulullah saww bersabda, " Hindarilah kekikiran karena akan menyebabkan kamu binasa dan mengarahkan mereka kepada pertumpahan darah serta menodai kesucian mereka. Islam tidak membenci sesuatu lebih daripada kekikiran." Kehadiran orang-orang yang kikir ditengah masyarakat akan mengganggu keharmonisan lingkungannya.
Dalam salah satu riwayat ketika Rasulullah diperjalankan ke sidratul muntaha, Beliau diperlihatkan seorang yang sedang disetrika punggungnya sambil meraung kesakitan. Rasulullah bertanya kepada malaikat Jibril gerangan apa yang menimpa orang tersebut? Jibril menjawab, itu adalah salah satu contoh siksaan bagi orang-orang yang memelihara sifat kikir di dunia.Sifat kikir bagaikan wabah virus yang dapat menggerogoti akhlak dan rohani, sedemikian jahatnya sehingga dapat menumpulkan kemampuan berfikir manusia. Kekikiran gayung bersambut dengan sifat egois yang berpusat pada cara berpikir materialistik dan penumpukan harta kekayaan. Kunkungan pemikiran materialisme akan menimbulkan kejahatan sosial yang amat dahsyat.
Orang yang dihinggapi penyakit ini berpikiran sempit, terasing dari fakta-fakta sosial dan jauh dari nilai-nilai ahklak dan rohani. Bahayanya kemudian akan menjerumuskan dirinya kedalam kehinaan, kebencian, dan tindakan amoral lainnya.Para psikolog melihatnya sebagai akibat dari hantu kemiskinan yang membayangi hidupnya. Ia menderita depresi mental dan kekhawatiran yang mendalam. Harta menjadi penjara baginya, dirinya terasing dengan kesenangan dan ketentraman batin.
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Ali 'Imran : 180)
"Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa." (QS. Al-Lail 8-11)
Untuk mengamankan harta kekayaan agar tidak susut, agar tidak berkurang, maka diperlukan sikap mental, pola hidup pelit, kikir. Pelit, kikir merupakan kerabat dekat dari tamak, serakah, rakus. Pelit, kikir merefleksikan egois seutuhnya. Senantiasa cemas, kawatir kalau-kalau kekayaan susut, berkurang. Orang kikir merasa seluruh harta kekayaan itu adalah hasil kerja kerasnya dan hasil kecakapannya semata (QS Qashash 28:78). Setan menakut-nakuti akan berkurangnya harta, dan membisikkan agar berbuat kikir (QS Baqarah 2:266). Pikiran orang kikir hanya terfokus, terpusat disekitar materi dan kekayaan. Takut akan berkurangnya harta kekyaannya, sangat mempengaruhi pikiran si kikir. Seorang kikir senantiasa dalam kecemasan dan depresi.
Ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan kekikiran. Kebanyakan orang kaya cenderung kikir. Yang menolong orang miskin biasanya dilakukan oleh kalangan menengah, bukan orang kaya. Kekiran punya peran menyulut kejahatan dan perpecahan ("Menumpas Penyakit Hati", 1999:152-153). Rasulullah mengingatkan ummatnya agar menjaga diri dari sifat kikir, karena sifat kikir itu telah membinasakan ummat-ummat dahulu, mendrong mereka mengadakan pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan Allah (HR Muslim dari Jabir).
Pola hidup pelit, kikir, bakhil melahirkan perilaku hidup sibuk menabung, menyimpan, berinvestasi melipatgandakan modal kekyaan, sibuk dengan rencana, rancangan, planning, serta perilaku hidup aniaya, sadis, zhalim, monopoli, melindas usaha kecil, tak membiarkan hidup yang akan dapat menjadi saingan.
Rasulullah saw juga mengingatkan dan mengajarkan supaya biasa berdo’a memohon kepada Allah swt agar terhindar, terlepas dari pola hidup, perilaku sial yang membahayakan diri pribadi, maupun hidup bersama. Antara lain prilaku risau, gundah gulana. Perilaku suka bersedih. Perilaku lemah, tak bergairah, tak bersemangat. Perilaku malas, suka menganggur. Perilaku bakhil, kikir, pelit. Perilaku mudah cemas, kawatir, takut. Takut terhindik, takut tersaingi. Takut celaa, takut cacian. Perilaku suka berhutang. Perilaku gampang tergoda oleh kemewahan dunia (HR Bukhari dari Anas). Perilaku risau, suka bersedih, tak bersemangat, malas bisa saja lahir, datang, tumbuh akibat kegagalan dalam merancang investasi, akibat angan-angan yang tak dapat terwujud. Perilaku takut tersaingi, juga perilaku suka berhutang, bisa saja lahir, datang, tumbuh dari dorongan pamer diri, akibat hawa pantang kerendahan, nafsu pantang kekurangan. Pokoknya semua halal, tak ada yang haram, asal sesuai dengan hawa nafsu. Semuanya berpangkal pada pola hidup, perilaku yang berorientasi pada privat profit duniawi semata.
Pesan moral, pesan agama, bahwa pola hidup tamak, rakus, seakah, pola hidup pelit, kikir, kedekut, pola hidup sombong, congkak, angkuh, pamer, dan yang semacam itu mengundang kekacauan, kerusuhan, memicu konflik, bentrokan, sudah masanya disampaikan, dikemas, diterjemahkan dalam multi bahasa, dalam bahasa sosio-budaya, dalaqm bahasa sosio-ekonomi, dalam bahasa sosio-politik, dalam bahasa sosiologi. Kami – kata Rasulullah – diperintahakan supaya berbicara kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka masing-masing (M.Natsir : "Fiqhud Dakwah", 1981:162).
Sudah sa’atnya dijelaskan secara lugas, gamblang tentang bahaya rakus, tamak, serakah, bahaya kikir, pelit, kedekut, bahaya angkuh, congkak, sombong, pamer dan baahaya perilaku tercela lai, baik terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis.
Sudah sa’atnya dakwah memusatkan diri menyampaikan tuntnan-panduan Islam daalam upaya mencegah timbulnya konflik sosial, baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara penguasa dan rakyat), maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "salam" yang dapat membuahkan kasih sayang secara konkrit.

Tidak ada komentar: